a). Menurut Prof. Dr. S. Nasution, M. A
Kurikulum : suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.
b). Menurut Dr. H. Nana Sudjana
Kurikulum : niat dan rencana, proses belajar mengajar adalah pelaksanaanya. Dalam proses tersebut ada dua subjek yang terlibat yakni guru dan siswa. Siswa adalah subjek yang dibina dan guru adalah objek yang membina.
c). Menurut J. Galen Saylor dan William M.
Kurikulum : seluruh usaha sekolah untuk merangsang anak belajar baik di dalam kelas maupun di dalam sekolah atau bahkan di luar sekolah.
d). Menurut George A. Beaucham
Kurikulum : sebagai bidang studi membentuk suatu teori yaitu teori kurikulum. Selain sebagai bidang studi kurikulum juga sebagai rencana pengajaran dan sebagai suatu sistem (sistem kurikulum) yang merupakan bagian dari sistem persekolahan.
e). Menurut Robert S. Flaming
Kurikulum : pada sekolah modern dapat didefinisikan sebagai seluruh pengalaman belajar anak yang menjadi tanggung jawab sekolah.
v Menurut saya kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Meskipun kurikulum mengalami perubahan dari tahun ketahun ini menunjukkan kemajuan yang cukup baik jika diihat dari kontektual. Namun hal itu tidak seiring dengan kenyataan di lapangan. Keadaan pendidikan mulai saat perubahan kurikulum pertama kali hingga saat ini, kalau boleh saya bilang kurikulum Indonesia masih berjalan di tempat artinya tidak berkembang hal ini bisa dibuktikan dengan data yang menunjukkan peringkat Indonesia masih berada pada No 62 dari 130 negara yang ada. Hal ini merupakan PR bagi pemerintah bagaimana langkah yang harus dilakukan.
Definisi kurikulum menurut 5 pakar diatas dan menurut saya dapat disimpulkan bahwa kurikulum pada dasarnya merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan.
2. Komponen Kurikulum
a) Tujuan
Untuk mengembangkan kurikulum ialah menentukan tujuan. Apa tujuan yang ingin dicapai? Tujuan itu harus selaras dengan kebutuhan siswa maupun masyarakat, yaitu dengan merumuskan tujuan pendidikan secara nasional. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional perlu didirikan lembaga-lembaga pendidikan yang biasa disebut sekolah, yaitu dengan menentukan tujuan sekolah, misalnya tujuan SMP, tujuan SMA, dan lainnya. Untuk dapat mencapai tujuan sekolah maka siswa harus mempelajari beberapa mata pelajaran, setiap mata pelajaran harus mempunyai tujuan sendiri.
Adapun 6 acuan yang harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan pendidikan:
· Mempelajari kebutuhan dan keadaan siswa sebagai sumber tujuan pendidikan adalah suatu proses untuk mengubah tingkah laku siswa, oleh karena itu dalam menentukan tujuan pendidikan kita harus memperhatikan kebutuhan siswa.
· Sumber tujuan yang kedua ialah kehidupan yang ada di luar lingkungan sekolah yang sedang berlaku. Tujuan pendidikan mempersiapkan siswa agar dapat hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat.
· Sumber tujuan ketiga ialah saran dari para ahli bidang studi. Hal ini terutama penting untuk menentukan tujuan mata pelajaran.
· Tujuan pendidikan ini harus mengacu pada filsafat hidup masyarakat dan Negara. Di Indonesia tujuan pendidikan harus didasarkan pada filsafat bangsa dan Negara, yaitu Pancasila.
· Tujuan pendidikan harus didasarkan pada ilmu jiwa belajar. Jika tujuan itu tidak sesuai dengan kemampuan belajar siswa, maka tujuan tersebut tidak akan tercapai.
· Tujuan pendidikan harus dapat membantu untuk memilih kegiatan pengalan belajar dan mengajar.
b) Pengalaman belajar
Langkah kedua dalam mengembangkan kurikulum adalah menentukan pengalaman belajar. Pengalaman belajar ialah interaksi antara pembelajar dengan lingkungannya, baik lingkungan di sekolah maupun lingkungan di luar sekolah. Adapun 5 prinsip umum dalam menentukan pengalaman belajar:
· Untuk dapat mencapai tujuan siswa harus melakukan sesuatu yang memungkinkan siswa mencapai tujuan.
· Kegiatan belajar harus dapat memberi kepuasan kepada siswa.
· Pengalaman belajar harus sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
· Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu disajikan pengalaman belajar yang bervariasi, sehingga tidak menyebabkan kejenuhan atau kebosanan siswa.
· Satu pengalaman belajar yang sama dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang berbeda.
c) Organisasi Pengalaman Belajar
Langkah ketiga dalam mengembangkan kurikulum adalah menentukan organisasi pengalaman belajar. Adapun 3 macam criteria untuk menentukan efektivitas organisasi, yaitu kesinambungan, urutan, dan integrasi.
Kesinambungan mengacu kepada pengulangan suatu kegiatan atau materi pelajaran. Urutan berhubungan dengan kesinambungan tetapi agak lebih luas. Urutan mencangkup peningkatan dari pokok bahasan yang satu ke pokok bahasan yang lain secara terus menerus, meningkat dari yang mudah ke yang lebih sukar, dari yang sederhana ke yang lebih rumit. Integrasi mengacu pada hubungan horizontal. Termasuk dalam organisasi ini ialah strategi belajar mengajar, yaitu bagaimana interaksi antara guru dan siswa dilakukan untuk mengatur pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pelajaran.
d) System Evaluasi
Langkah keempat dalam mengembangkan kurikulum adalah menentukan system evaluasi. Evaluasi digunakan untuk mengetahui seberapa jauh siswa telah mencapai tujuan. Evaluasi juga digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengalaman belajar yang telah dilakukan dapat mencapai sasaran atau tujuan yang diharapkan.
Aims : pernyataan tujuan kurikulum pada level tingkat nasional, sehingga dinyatakan sebagai tujuan kurikulum dan tujuan pendidikan nasional atau lebih mencirikan tujuan kurikulum secara umum.
Goals : kurikulum dari tujuan institusional lebih mengarah pada hasil yang ingin dicapai oleh sekolah, yang menunjukkan sebuah gambaran yang spesifik dari sebuah sekolah dan mrupakan bagian dari system sekolah serta menunjukkan sasaran jangka lebih panjang dari pertimbangan penilaian kelas.
Objectives : tujuan yang berada pada tataran instruksional yang terlibat dalam setiap materi dan pokok bahasannya.
3. a). Separated subject curriculum adalah dalam satu tingkat atau kelas siswa harus belajar bermacam-macam mata pelajaran. Misalnya sejarah, geografi, ekonomi, dan sebagainya secara terpisah-pisah.
Kelebihan kurikulum ini antara lain:
o Bahan pelajaran dapat disampaikan secara logis, sistematis dan berkesinambungan
o Organisasinya sangat sederhana, mudah direncanakan, mudah dilaksanakan, dan mudah pula diadakan perubahan.
o Kurikulum ini mudah dievaluasi, untuk selanjutnya diadakan perbaikan seperlunya.
o Memudahkan guru untuk menyampaikan materi, karena guru hanya dibebani menyampaikan materi-materi tertentu yang sesuai dengan kompetensinya saja.
Kelemahan kurikulum ini antara lain:
o Kurikulum ini memberikan pelajaran secara terpisah-pisah yang tidak ada hubungannya dengan materi lain sehingga penguasaan peserta didik atas materi merupakan sesuatu yang lepas antara satu dengan lainnya.
o Kurikulum ini kurang mengakomodasi minat dan bakat peserta didik.
o Kurikulum ini cenderung statis karena sudah direncanakan terlebih dahulu.
o Kurikulum ini hanya mengembangkan ranah kognitif, dan kurang memperhatikan ranah afektifnya.
b). Correlated curriculum adalah kurikulum ini berusaha menghubungkan antara dua mata pelajaran atau lebih, sehingga diharapkan peserta didik akan memperoleh pengetahuan yang utuh dan tidak sepotong-potong seperti pada separate subject curriculum, misalnya menghubungkan antara matematika, fisika, kimia dan biologi yang semuanya tergolong dalam IPA, menghubungkan antara sejarah, ekonomi, dan ilmu sosial yang memang termasuk dalam IPS.
Kelebihan kurikulum ini antara lain:
o Adanya korelasi antara berbagai mata pelajaran, sehingga dapat menopang kebulatan pengalaman dan pengetahuan peserta didik.
o Adanya kemampuan peserta didik untuk menerapkan pengetahuan secara fungsional, karena mereka dapat memanfaatkan korelasi antar mata pelajaran untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi.
Kelemahan kurikulum ini antara lain:
o Kurikulum ini, sebagaimana separate subject curriculum, juga belum menyentuh aspek emosi.
o Penggabungan beberapa mata pelajaran yang lebih luas tidak memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam
c). Integrated curriculum adalah kurikulum ini benar-benar menghilangkan batas di antara berbagai mata pelajaran. Keseluruhan mata pelajaran dilebur menjadi satu dan disajikan dalam bentuk unit. Dengan adanya kebulatan bahan pelajaran, diharapkan dapat terbentuk kebulatan pengetahuan peserta didik yang sesuai dengan lingkungan masyar
akatnnya. Oleh karena itu, materi pembelajaran harus disesuaikan dengan situasi, masalah dan kebutuhan kehidupan di luar sekolah.
Kelebihan kurikulum ini antara lain:
o Kurikulum ini sesuai dengan teori baru tentang belajar yang mendasarkan berbagai kegiatan pada pengalaman, kesanggupan dan minat anak.
o Kurikulum ini memungkin danya hubungan saling menguntungkan antara sekolah dengan masyarakat, karena masyarakat menjadi laboratorium bagi peserta didik.
Kelemahan kurikulum ini antara lain:
o Tidak mempunyai organisasi yang logis dan sistematis.
o Pelaksanaannya membutuhkan prasarana yang harus lengkap.
o Sulit diadakan evaluasi terhadap efektivitas pelaksanaannya.
d). Broad curriculum adalah organisasi kurikulum berupa pengumpulan beberapa mata pelajaran dan mengkorelasikan beberapa mata pelajaran dan sejenis yang memiliki ciri-ciri yang sama
4. a). Evaluasi hasil belajar adalah evaluasi yang dilakukan pada akhir program untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mencapai tujuan yang ditentukan. Hasil evaluasi dapat berfungsi sebagai umpan balik, baik bagi siswa ataupun bagi guru untuk memperbaiki program kegiatan yang telah dilakukan.
b). Evaluasi kurikulum adalah tahapan penting sekaligus sebagai unsur utama dalam kurikulum yang akan memberikan informasi tentang keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kurikulum.
c). Evaluasi kurikulum menurut para pakar
- Menurut Brady merupakan suatu alat untuk mengukur derajat tingkat capaian dari sasaran yang dinyatakan dalam perilaku dan sasaran hasil.
- Menurut Tyler merupakan operasionalisasi yang sangat penting dalam pengembangan kurikulum yang bertujuan untuk menemukan sejauh mana pengalaman belajar sebagai pengembangan dan pengaturan hasil-hasil yang aktual.
- Menurut Zaiz merupakan sebagai proses menyeluruh dimana prestasi siswa yang menjadi bagian penting serta mendasar untuk menentukan dalam penetapan grades dan marks sehingga dengan dasar penetapan ini siswa akan terklasifikasi dan teridentifikasi secara benar.
- Menurut Print merupakan evaluasi yang dipergunakan untuk kepentingan sebagai umpan balik bagi siswa, mengetahui sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan, sebagai informasi untuk mengetahui perkembangan dan peningkatan kurikulum, membantu siswa dalam mengambil keputusan, serta menjelaskan tujuan yang ingin dicapai.
d). Bentuk-bentuk evaluasi kurikulum:
§ Evaluasi konteks adalah evaluasi terhadap lingkungan di mana kurikulum tersebut dikembangkan dan akan dilaksanakan. Konteks meliputi lingkungan sosial, ekonomi, budaya, seni, dan politik, pelaksanaan kehidupan beragama, teknologi, fisik sebagaimana adanya. Dalam evaluasi ini objek dan sumber data yang digunakan bukan suatu hasil rekayasa. Objek dan sumber data untuk evaluasi ini tidak terlibat secara langsung dengan suatu hasil rekayasa.
§ Evaluasi dokumen adalah evaluasi terhadap sesuatu yang tertulis, yaitu evaluasi terhadap dokumen yang dihasilkan oleh pemerintah (pusat) dan dokumen kurikulum yang dihasilkan oleh satu satuan pendidikan berkenaan dengan dokumen kurikulum. Dalam evaluasi ini objek merupakan sesuatu yang direkayasa, yaitu bahwa dokumen merupakan suatu produk rekayasa dan sumber informasi untuk evaluasi dokumen.
§ Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap implementasi kurikulum. Evaluasi proses berkenaan dengan aktifitas yang dilakukan secara terjadwal dan tidak terjadwal. Evaluasi proses merupakan evaluasi yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan yang ada. Evaluator menentukan sampai sejauh mana rencana dilaksanakan di lapangan, hambatan-hambatan apa yang ditemui yang dapat diperkirakan sebelumnya, dan perubahan-perubahan apa yang harus dilakukan terhadap suatu pelaksanaan kurikulum.
§ Evaluasi hasil atau produk yaitu evaluasi yang fokusnya dimunculkan dalam berbagai bentuk hasil belajar yang dimiliki peserta didik. Hasil belajar tersebut dapat berbentuk sesuatu yang terlihat mata tetapi dapat juga sesuatu yang tidak nampak oleh mata dan memerlukan alat tertentu untuk mengenalnya. Dalam penelitian ini, hasil belajar juga merupakan aspek yang menjadi perhatian untuk melakukan evaluasi.
e). context: evaluasi konteks ditujukan untuk menilai keadaan yang sedang dilakukan oleh suatu lembaga pendidikan. Evaluasi konteks dilakukan dari keadaan awal sebelum suatu inovasi kurikulum direncanakan. Bahkan adalah fungsi dari suatu evaluasi konteks untuk melihat apakah diperlukan adanya suatu inovasi atau tidak. Evaluasi konteks dapat dilakukan oleh pihak sekolah untuk melakukan inovasi kurikulumnya.
f). input: evaluasi input orientasinya untuk mengemukakan suatu program yang dapat mencapai apa yang diinginkan lembaga tersebut. Program yang dimaksudkan adalah program yang membawa perubahan berskala penambahan dan pembaharuan. Evaluasi masukan tidak hanya melihat apa yang ada pada lingkungan lembaga tersebut tetapi juga harus dapat memperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang akan dihadapi di waktu mendatang ketika suatu inovasi kurikulum dilaksanakan.
g). process: evaluasi mengenai pelaksanaan dari suatu inovasi kurikulum. Evaluasi ini baru dapat dilaksanakan apabila inovasi kurikulum tersebut telah dilaksanakan di lapangan bukan pada ia dirancang.
h). product: evalusi yang bertujuan untuk menentukan sampai sejauh mana kurikulum yang diimplementasikan tersebut telah dapat memenuhi kebutuhan kelompok yang mempergunakannya. Evaluasi hasil memperlihatkan pengaruh program yang tidak hanya bersifat langsung tetapi juga berpengaruh tidak langsung. Pengaruh tersebut tidak saja yang bersifat positif tapi juga pengaruh negative dari kurikulum tersebut.
5. a).Kurikulum Tingkat Kesatuan Pendidikan (KTSP) adalah suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, dan efisien pendidikan agar dapat memodifikasikan keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerja sama yang erat antara sekolah, masyarakat, industry, dan pemerintah dalam membentuk peserta didik.
b). Karakteristik KTSP
· Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
· Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.
· Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
· Sumber belajar bukan hanya guru, tapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsure edukatif.
· Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
c). Prinsip-prinsip Penyusunan KTSP
· Prinsip Berorientasi pada Tujuan.
· Prinsip Relevansi
· Prinsip Efisiensi dan Efektivitas.
· Prinsip Fleksibilitas.
· Prinsip Kontinuitas
· Prinsip Keseimbangan.
· Prinsip Keterpaduan
· Prinsip Mutu
d). Sylabus adalah adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar.
e). RPP adalah berupa kegiatan konkret setapak demi setapak yang dilakukan oleh guru di kelas dalam mendampingi peserta didik. Satu hal yang amat penting dalam penyusunan RPP adalah bahwa kegiatan pembelajaran harus diarahkan agar berfokus pada peserta didik, sedangkan guru berperan sebagai pendamping, fasilitator. Artinya, ketika guru memilih pendekatan, metode, materi, pengalaman belajar, interaksi belajar mengajar harus memungkinkan peserta didik berinteraksi dan aktif, sedang guru memfasilitasi dan mendampinginya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar