Senin, 05 Desember 2011

STRATEGI PENGEMBANGAN PMII


Menemukan jati diri organisasi di dunia global[*]
Oleh: Abil Hasan Asyadzili[†]

Pada dasarnya seorang kader yang telah bergabung dan berikrar untuk menjadi bagian dari organsasi PMII harus mempunyai dasar dan keyakinan bahwasanya PMII merupakan wadah yang tepat dalam rangka menggodok dirinya berkreatifitas dan mengembangkan diri. Seorang kader akan dituntut untuk mampu membaca, menganalisa dan memutuskan bagaimana dirinya mampu mengembangkan dan mewujudkan tujuan PMII yang termaktub dalam Anggaran Dasar bab IV pasal 4 yaitu:" Terbentuknya pibadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya komitmen dalam mempejuangkan cita2 kemerdekaan Indonesia".
Untuk mencapai dan mewujudkan tujuan tersebut diatas maka disini diperlukan adanya sebuah strategi, yaitu strategi bagaimana mengembangkan PMII. dimana strategi merupakan sebuah arahan atau batasan-batasan dalam mengimplementasikan sebuah planning atau program tertentu yang selanjutnya akan didapati tolak ukur capaian-capaian bagi seorang kader.
Disini perlu titik tekan bahwa strategi harus dipahami seorang kader yang sudah menempuh jenjang pengkaderan tingkat dua yaitu Pelatihan Kader Dasar (PKD). Hal ini juga harus mampu di ejawantahkan oleh tiap-tiap kader, terutama yang masuk dalam jajaran kepengurusan di level-level kepengurusan PMII, baik di Rayon, komisariat, cabang dst..
Ada beberapa faktor yang paling tidak menjadi dasar dalam menentukan arah dan strategi pengembangan PMII baik secara internal dan external.
  1. Internal
a.       Visi dan misi
Visi misi disini tentunya secara otomatis akan merujuk pada AD/ART hasil kongres PMII, akan tetapi pada intinya yang penting adalah proses tranformasi dari nilai-nilai yang termaktub dalam visi misi tersebut yang kemudian di kerangkakan dalam sebuah program-program kerja di tingkatan kepengurusan PMII di level-level tertentu. Dan tidak kalah pentingnya adalah rumusan-rumusan produk dan peraturan organisasi yang konsisten dan tegas sebagai panduan konstitutif sehingga tercipta mekanisme organisasi yang teratur.
b.      Leadership/ kepemimpinan yang tranformarmatif
“Kualitas kepemimpinan, lebih dari pada faktor lainnya, menentukan sukses atau gagalnya sebuah organisasi” kutipan tadi betapa menggambarkan pentingnya peran seorang pemimpin yang transformative.
Mendengarkan, memperhatikan, menghargai, dan melayani kader adalah perilaku sehari-hari pemimpin transformasional ini, namun pada suatu ketika seorang pemimpin sejati akan mengambil posisi secara tegas ketika dihadapkan pada situasi untuk menentukan sebuah proses kebijakan (decission making) yang dilandaskan pada nilai-nilai dasar pergerakan.
Setidaknya ada beberapa indikasi dari seorang pemimpin yang baik antara lain:
1)      Berorientasi kepada manusia (memperlakukan manusia seutuhnya)
2)      Memperhatikan proses pelaksanaan (perpaduan kemampuan teknis dan manajerial)
3)      Memiliki semangat keluar
4)      Berorientasi dengan pendekatan sistem ( memahami arah gerak organisasi)
5)      Bekerja dengan pragmatis, fleksibel dan mampu memahami perbedaan
6)      Berorientasi ke masa depan.

c.       Pengembangan Kapasitas Kader
Diakui ataupun tidak ditengah tantangan kemajuan IPTEK akan memberikan dampak luar biasa pada pola-pola interaksi di lingkungan mahasiswa, baik perilaku, pergaulan, sampai ketataran budaya, ini merupakan peluang sekaligus bagi seorang pengkader untuk melaksanakan fungsi dan tugas sebagai pengkader. Dari sebagian besar kalangan kader PMII notabene adalah kaum-kaum pinggiran, PMII harus mampu membaca dan mengidentifikasi dari kondisi kader-kader local didaerah masing-masing. Dalam hal ini PMII sebagai wadah kader-kader intelektual yang haus akan wacana, harus cerdik dan pandai mensiasati pola dan perilaku kader di local-lokal kampus yang heterogen pada akhirnya akan terumuskan sebuah solusi dari kondisi tersebut, semisal dengan forum-forum diskusi yang lebih variatif dalam membedah wacana, baik wacana idiologi, politik, gerakan maupun interpreunership, yang pada akhirnya mampu menjalankan kekhalifahan yang terjawantahkan dalam perilaku keseharian, baik sebagai kader bangsa maupun kader agama.

  1. External
a.       Pengembangan Steakholder
Sebagai organisasi yang focus dalam gerakan moral tentunya PMII tidak akan lepas dari sebuah system interest dan system politik bernegara. Negara sebagai ruang lingkup gerakan tentunya  PMII harus pandai-pandai dalam memposisikan diri, bagaimana harus mengikuti arus dan adakala harus melawan arus. Di era 90-an semua organ-organ gerakan mahasiswa memang dihadapkan pada situasi yang tidak menguntungkan, yang mengharuskan harus berada pada posisi akan selalu menyuarakan kepentingan rakyat dengan idiom-idiom demokrasi, HAM, supremasi sipil dan lain-lain.
Namun di masa sekarang PMII di hadapkan pada situasi iklim yang demokratis, yang semua harus transparan, akuntabel dan semua harus berdasarkan data serta proses bernegara dilaksanakan dengan perangkat-perangkat sistem yang kompleks, maka pada kondisi ini PMII selain melaksanakan perannya sebagai kawahcandradimuka bagi mahasiswa yang tergabung di dalamnya, juga harus tetap berperan sebagai agent of kontrol terhadap keberlangsungan demokrasi.
Selain dari pada itu salah satu pilar dari kekuatan global yang terus menjadi ancaman adalah para pemilik modal, betapa tidak para pemilik modal tentunya akan melakukan apapun untuk melakukan privatisasi di berbagai sektor yang tentunya akan sangat rawan terjadinya negosiasi dengan pihak-pihak yang berkempentingan di dalamnya, termasuk juga pemerintah.
Pada kondisi ini PMII harus mampu menjadi mediator, inovator maupun motivator bagi segenap elemen, bagaimana proses bernegara ini berjalan sesuai dengan cita-cita founding father yaitu kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Nah, tentunya PMII tidak akan mampu untuk melakukan hal tersebut sendiri, disini diperlukan sebuah proses komunikasi dan proses berjejaring organ-organ gerakan yang lain, LSM, media dll, dengan catatan selama dalam proses ini tidak bertentangan dengan nilai-nilai dasar dalam PMII.
b.      Mampu Membaca Isue-Isue Sentral
Setelah terbentuknya kwalitas kader maka akan secara mudah dan otomatis PMII akan menjadi organisasi yang akan di perhitungkan, dengan sering berdiskusi dan melakukan komunikasi maka PMII harus mampu membaca satu grade lebih dahulu tentang proyeksi isu yang akan terjadi di waktu mendatang baik isu local maupun nasional.
Ø  Komunikasi  à Integrasi intern organisasi 
Ø  Evaluasi program à merupakan upaya untuk identifikasi dalam penentuan kerangka program kerja.
Ø  Pengambilan keputusan à  Identifikasi tujuan dan sarana untuk mencapai tujuan.
Ø  Aksi  à proses ihtiar dalam mewujudkan tujuan tertentu.
Wallahu a’lam bi showab
Tangan terkepal maju kemuka..jayalah PMII..!!!!!


















[*] Disampaikan dalam Pelatihan Kader Dasar (PKD) PMII Madiun26 Mei 2010
[†] Kader PMII asli madiun yang belajar di kota reog dan sekarang belajar menjadi salah satu pengurus PMII di Jawa Timur

Tidak ada komentar: